Renungan Seorang Anak Untuk Ayah dan Ibu
Sebuah pepatah mengatakan, "Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah." Kasih sayang orang tua kepada anaknya tidak ada batasannya, luas, bahkan lebih luas dibandingkan dengan samudera yang tetap mempunyai tepi. Sedangkan kasih seorang anak kepada orang tuanya???
Tidakkah kita pernah merenung, bagaimana mereka melakukan segalanya demi anak-anaknya. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya demi anaknya. Mereka bahkan rela menderita asalkan anaknya bahagia. Kepanasan, kehujanan, mereka tiada peduli. Mereka rela berpakaian seadanya asal anak-anaknya bisa berpakaian yang indah. Mereka rela tidak makan asal anak-anaknya kenyang. Mereka menyembunyikan derita mereka dihadapan anak-anaknya asalkan anak-anaknya bahagia.
Namun bagaimana sikap kita kepada mereka? Ketika ibu, ketika ayah, meminta tolong sesuatu kepada kita, kita enggan melakukannya, bahkan menolaknya dengan kata-kata kasar. Acuh, tak peduli, itulah sikap kita. Selalu ada seribu alasan untuk menolaknya.
Namun ketika orang yang kita cintai (kekasih pujaan) meminta kita untuk melakukan suatu hal, tak peduli apapun itu, panas maupun hujan, bahkan larut malam sekalipun, lelah tak dirasakan, pasti akan dilakukannya. Hanya satu alasan untuk itu semua, kita takut ditinggalkan oleh pujaan hati kita.
Mari kita bertanya pada nurani kita, siapa yang paling berjasa dalam hidup kita, pujaan hati kita atau orang tua kita? Siapa yang membuat kita bisa seperti saat ini, pujaan hati kita atau orang tua kita?? Mana yang lebih kita takutkan, ditinggalkan kekasih hati atau orang tua???
Ingatlah, ketika dia yang kita cintai meninggalkan kita, kita masih bisa mencari penggantinya. Namun ketika orang tua yang pergi meninggalkan kita, tidak akan pernah ada yang bisa menggantikannya.
Ketika kita sudah berkeluarga, kita asyik kepada keluarga kita. Kita tidak ingat lagi kepada orang tua kita. Kita berbahagia bercengkrama dengan istri, suami, dan anak-anak kita, namun kita lupa apakah orang tua kita bahagia di sana? Ketika kita bersenda gurau dengan keluarga kita, apakah tidak bertanya di dalam hati kita, apakah mereka tidak kesepian di sana???
Ingatlah wahai saudaraku, bagi kalian yang masih memiliki kedua orang tua, atau salah satu diantaranya, sayangilah mereka, bahagiakanlah mereka. Mereka tidak pernah menuntut banyak dari kita. Karena mereka selalu berprinsip, "Melihat anak-anakku bahagia, itu sudah cukup."
Wahai saudaraku, kalian mungkin belum pernah merasakan ditinggalkan oleh mereka selamanya. Sungguh, menyesakkan dada. Tidak ada lagi orang yang mau menjadi pendengar setia ketika kita bercerita, ketika kita berkeluh-kesah, ketika kita dalam masalah, ketika kita dalam nestapa. Mereka tidak hanya mendengar, tapi memberikan dorongan, semangat, motivasi, solusi yang bisa menguatkan kita.
Ketika mereka pergi, tidak ada lagi yang akan terbangun di tengah malam untuk pergi ke kamar kita, melihat kita apakah kita tidur dengan nyaman. Ketika mereka telah tiada, justru kita rindu dengan omelan ibu, teriakan ayah. Rindu itu akan membuat dada kita semakin sesak.
Sebelum terlambat, sayangilah mereka, wahai saudaraku.
Ditulis Oleh : Fahri Ali

0 Response to "Renungan Seorang Anak Untuk Ayah dan Ibu"
Post a Comment
Silahkan berbagi di sini...